Judul Buku : Lelaki Kabut dan Boneka (Dolls and the Man of Mist)
Pengarang : Helvy Tiana Rosa
Tahun Terbit : 2002
Penerbit : PT. Syaamil Cipta Media
Jumlah Halaman : 202 hal
Saya mengenal nama Helvy Tiana Rosa kurang lebih 7 tahun lalu, saat masih menimba ilmu di bangku kuliah. Kala itu saya sedang tergila-gila pada sebuah majalah yang khusus memuat cerpen islami, bernama Annida. Dari majalah inilah saya mengenal nama Helvy Tiana Rosa. Bukan sebagai sastrawan, melainkan sebagai pendiri Forum Lingkar Pena. Bahkan seingat saya, tak satu pun kala itu saya membaca karya beliau. Cerpen beliau yang begitu terkenal -Ketika Mas Gagah Pergi- baru saya baca beberapa bulan lalu. Padahal jika kita mengetik nama Helvy Tiana Rosa di kolom pencarian mbah Google, maka akan ditemukan puluhan ribu tautan mengenai beliau, lengkap dengan prestasi yang dimilikinya.
Rasa penasaran akhirnya mengantarkan saya untuk berburu karya-karya beliau, yang entah kenapa, sulit sekali ditemui. Namun rupanya saya masih beruntung, karena menemukan buku ini di salah satu rak di toko buku langganan saya. Buku yang meskipun cetakan lama namun masih layak untuk dijadikan koleksi.
Lelaki Kabut dan Boneka berisi 10 cerpen mba Helvi yang dimuat di beberapa media dalam kurun waktu 1995 – 2001. Selain versi bahasa Indonesia, sepuluh cerpen tersebut juga ditranslasikan ke dalam bahasa Inggris. Saya sendiri baru menyelesaikan 1 versi bahasa inggrisnya. Dan yah, buat ukuran orang dengan bahasa inggris yang pas-pasan seperti saya, cerpen versi bahasa inggrisnya cukup mudah dimengerti.
Beberapa cerpen dalam buku ini ditulis dengan latar berbagai peristiwa di negeri kita. Cerita pertama, Jaring-jaring Merah, bercerita tentang kehidupan seorang gadis yang mengalami gangguan kejiwaan setelah kehilangan seluruh anggota keluarganya pasca Daerah Operasi Militer berakhir. Cerpen ini dinobatkan sebagai salah satu cerpen terbaik majalah Horison dalam kurun waktu 1990-2000. Lalu ada juga Darahitam yang berlatar tragedi Sampit beberapa tahun yang lalu, ada pula Ze, kisah seorang anak Timor Leste yang hanya menginginkan kedamaian di negerinya yang sedang sibuk memilih antara integrasi atau kemerdekaan, serta Sebab Aku Angin, Sebab Aku Cinta yang berkisah tentang tragedi Ambon tahun 1999 yang lalu.
Selain 4 cerpen di atas, kita juga akan diajak untuk Mencari Senyum, sebuah cerpen berbentuk naskah drama yang cukup menarik dinikmati. Seorang lelaki tua berkelana ke berbagai tempat untuk mencari senyum yang telah menghilang di kotanya. Beberapa orang berusaha menolongnya dengan berbagai cara, namun pada akhirnya mereka juga harus mencari pertolongan untuk mencari senyuman yang hilang di wajah mereka.
Ada juga Lorong Kematian , cerpen berlatar perang di Bosnia Herzegovina yang berhasil membuat saya bergidik. “Menyaksikan” bagaimana tentara Serbia dengan kejam membantai dan membunuh warga Bosnia, dan menelantarkan mereka di jalan dengan pakaian Serbia sungguh membuat saya ngeri. Belum lagi membelah perut para perempuan hamil. Ah, benarkah semua itu?
Ibadah Haji juga menjadi salah satu sumber inspirasi mba Helvi. Dalam Juragan Haji diceritakan tentang Mak Siti yang hanya bisa terkagum-kagum mendengar cerita sang majikan yang akan menunaikan ibadah haji untuk ke empat kalinya. Cerita yang kalo boleh saya katakan satu jurusan dengan cerita Emak Ingin Naik Haji ini berusaha menggambarkan sebuah ironi dari orang-orang kaya yang berkali-kali menunaikan ibadah haji namun melupakan orang-orang di sekitarnya.
Cerpen yang dijadikan judul dalam buku ini sendiri, yakni Lelaki Kabut dan Boneka, bercerita tentang seorang lelaki bernama Angkara yang ingin memusnahkan negerinya sendiri. Lelaki yang digambarkan tiada mempunyai wajah tetap ini memiliki ribuan boneka yang membantunya dalam menghancurkan negerinya.
Dua cerpen lain dalam buku ini yakni Hingga Batu Bicara, yang dilihat dari judul pun mudah sekali ditebak bercerita tentang apa serta Pertemuan di Taman Sunyi yang berkisah tentang seorang istri yang dikhianati suaminya juga layak mendapat acungan jempol.
Membaca kumpulan cerpen karya Helvy Tiana Rosa ini membuat saya semakin terkagum-kagum pada beliau. Bagaimana beliau membalut berbagai kejadian di sekitar beliau dalam sebuah cerita benar-benar memberi inspirasi, terutama bagi para penulis pemula. Bahwa ada begitu banyak hal yang bisa dijadikan ide dalam menulis cerita.
Leave a reply to qhorieniezt Cancel reply