Taj Mahal


Awalnya, saya mengira novel ini berisi kisah cinta abadi antara Shah Jehan dengan istri tercintanya, Arjumand. Cinta yang mengilhami dibangunnya salah satu bangunan terindah di dunia, Taj Mahal. Namun ternyata, saya salah. Buku ini, walaupun tetap bercerita tentang pembangunan Taj Mahal, merupakan kisah kehidupan dari Jahanara, salah seorang putri Shah Jehan dan Arjumand.

Sebagai seorang putri sultan, Jahanara digambarkan sebagai seorang perempuan cantik dan cerdas. Dua hal yang diwarisi dari ibunya, Arjumand. Salah satu kecerdasannya terlihat ketika ia membantu ibunya menyelesaikan masalah seorang laki-laki yang mencuri di kebun seorang tuan tanah karena terpaksa. Berkat pendapat Jahanara, laki-laki tersebut tidak jadi dihukum mati, malah dijadikan sebagai tukang kebun istana. Di sisi lain, Jahanara juga digambarkan sebagai seorang perempuan banyak akal dan agak tidak sabaran.

Selain Jahanara, 2 putra Sultan yang menjadi inti cerita di buku ini adalah Dara dan Aurangzeb. Dara, sang putra mahkota yang menyukai sastra dan bercita-cita untuk menyatukan umat Hindu dan umat Islam di agra dalam sebuah kerukunan. Sedangkan Aurangzeb, adalah putra ketiga yang menyukai peperangan, membenci umat Hindu, dan berambisi menjadi Sultan. Jahanara, karena faktor kedekatan umur dan sifat, sudah barang tentu lebih akrab dan berpihak pada Dara ketimbang Aurangzeb.

Di usia 16 tahun, Jahanara dinikahkan dengan Khondamir, seorang pedagang yang usianya 2 kali lipat usia Jahanara atas kepentingan politik. Sebuah pernikahan yang membawa Jahanara pada penderitaan. Karena sebenarnya Khondamir pun tidak mencintai Jahanara. Dia hanya menjadikan Jahanara sebagai pelampiasan nafsunya semata.

Kehidupan cinta Jahanara berubah ketika ia berjumpa dengan Isa, arsitek yang dipilih ayahnya untuk membangun Taj Mahal setelah kematian ibunya. Jahanara sendiri diminta ayahnya untuk membantu Isa dalam menggambarkan kecantikan Arjumand, karena menurut sang ayah, Jahanara tak ubahnya bayangan ibunya. Dan karena seringnya kebersamaan mereka dalam pembangunan Taj Mahal, bisa ditebak apa yang terjadi kemudian. Jahanara dan Isa saling jatuh cinta. Bahkan dalam sebuah paragraf Isa mengatakan kalau Taj Mahal adalah gambaran Isa tentang Jahanara, bukan Arjumand.

Selain kisah cinta Isa dan Jahanara, juga diceritakan tentang perseteruan antara Dara dan Aurangzeb. Aurangzeb yang haus kekuasaan, akhirnya melakukan kudeta setelah ayahnya jatuh sakit. Dara yang seharusnya naik tahta dibunuh di depan rakyat, sedang Jahanara dan ayahnya dikurung dalam sebuah ruangan yang meghadap langsung ke Taj Mahal.

Tinggal di ruang penyekapan selama bertahun-tahun rupanya tak mengurangi kecerdikan Jahanara. Dengan bantuan beberapa penjaga yang bisa disuap, Jahanara berhasil keluar dari penjara itu dan menemui Isa dan putrinya di Bijapur. Sayangnya kesepakatan yang dibuat dengan penguasa Bijapur, membuat Jahanara harus berpisah kembali dengan Isa dan putrinya. Jahanara pun memutuskan kembali ke Agra untuk menemui ayahnya. Sebuah keputusan yang salah karena Jahanara ternyata dikenali oleh para penjaga. Jahanara akhirnya kembali disekap, dan harus kembali tinggal di terungku bersama ayahnya yang sakit parah.

******

Dari segi penceritaan, buku ini berhasil membawa saya berimajinasi kembali ke jaman Taj Mahal dibangun. Benteng Merah, harem, Taj Mahal, semuanya digambarkan dengan dengan sangat pas, dalam artian saya bisa membayangkanya di kepala saya. Namun sayangnya, ada beberapa bagian yang saya tidak sukai dari buku ini. Diantaranya adalah perilaku Jahanara dan saudaranya. Buku ini ditulis dengan setting agama Islam. Dan memang sepengetahuan saya Shah Jehan beragama Islam. Tapi dalam buku ini para pelakunya banyak melanggar syariat Islam. Minum anggur, berselingkuh, membunuh orang, merupakan 3 hal yang cukup sering ditulis dalam buku ini.

Saya sendiri mempertanyakan. Kenapa Jahanara harus berselingkuh dengan Isa sementara dia sendiri masih terikat pernikahan? Dan kenapa juga ayahnya malah mendukung perselingkuhan itu atas dasar cinta? Padahal seharusnya sebagai seorang muslim mereka mengetahui kalau hal itu dilarang dalam Islam.

Selain itu satu hal juga yang tidak dapat saya rasakan selama membaca novel ini. Emosi. Saya tidak merasakan emosi yang meluap selama membaca buku ini. Entah karena memang penggambaran emosi dalam buku ini memang kurang, atau saya yang tidak fokus dalam membacanya. Saya sendiri kurang tahu.

Gambar diambil dari http://sannywannatell.files.wordpress.com/2009/03/tajmahal.jpg

31 thoughts on “Taj Mahal

  1. darnia said: soalnya authornya bukan Muslim kali, mbak?

    yup bisa jadi Dan :)Tapi kadang kalo liat kehidupan muslim di India sana emang suka aneh.hehehe

  2. fivefebruary said: jiahahahahahahahahahatoss mbakternya bener qn tetangga sebelah, jd kutu buku g harus beli buku mbak

    kalo saya beli yang bener-bener pengen dibeli aja Na….hehehe

  3. miftamifta said: sampun,sudah lama mbak hehetp dulu blm ngerti bkn review jd ya tiap hbs bc buku ga pernah bkn review hehe

    sama kayak aku juga. baru-baru ini aja belajar bikin review :)sekarang bikin akun di goodreads biar bisa ngelist buku2 yang udah pernah dibaca

  4. miftamifta said: skrng buku bacaan menumpuk,kebanyakan karya terjemahan mbakhehe msh antre ni mbak

    kalo aku rata-rata pinjem Mif. hehe. Untung disini ada rental yang bagus. Jadi ga kekurangan buku bacaan πŸ™‚

  5. miftamifta said: Alhamdulillah kalo gtu mbak,kalo rental gtu batas peminjaman berapa buku dan berapa hari mb?

    kalo di tempatku pinjam biasanya novel-novel itu paling lama 1 minggu. cuma kalo udah cukup kenal sama yang jaga bisa sampe hampir 3 minggu tanpa dikasih denda. soalnya udah sering banget pinjam di situ. jadinya mereka percaya aja. hehehehe

  6. miftamifta said: gratis atau pake ongkos atau gmn mbahehe bnyk nanya saya ini,gpp yo mba

    ya bayar la. namanya juga rental. hehehekalo buku seri lama bisa di bawah 10rb sekali sewa buat 1 minggu. menyesuaikan sama harga bukunya juga. kalo dulu aku pas kerja di rental buku, harga sewa itu biasanya diambil 10% dari harga beli bukunya.kalo telat balikin biasanya pake denda. trus kalo masih orang baru suka disuruh ninggal ktp biar tu buku pasti kembali πŸ™‚

  7. owh begitu,kalo di kota besar rental buku pasti bnyk peminatnya ya mbak. Kalo di kota kecil seperti di kota kami rental buku ya ada sih,tp kalo ongkos nya mahal dipastikan ga ada yg minjem hehe

  8. miftamifta said: owh begitu,kalo di kota besar rental buku pasti bnyk peminatnya ya mbak. Kalo di kota kecil seperti di kota kami rental buku ya ada sih,tp kalo ongkos nya mahal dipastikan ga ada yg minjem hehe

    mungkin. tapi biasanya yang strategis itu dekat tempat kuliahan Mif πŸ™‚

  9. Yana pernah kepikiran nggak, orang Amerika macam John Shors bisa nulis tentang Taj Mahal sebegitu keren? Kenapa nggak orang India aja yang nulis? Kenapa hal-hal budaya begini di India justru yang diangkat sama orang di luar India? Kenapa dan kenapa lainnya. Sebelum dirampas lagi kebudayaan lokal kita jadi bahan tulisan, dari sekarang nulis tuh tentang Indonesia. Mumpung belom banyak yang bahas di novel. Kalo ngomongin soal harta kekayaan Indonesia yang dikeruk bangsa lain sih nggak usah ngomongin, udah kebanyakan…

  10. Wah iya jg ya? Knp gitu ya mas? Apa krn itu jdnya novel ini menurut sy kesannya agak timpang?Klo sy liat penulis kita skrg malah suka pake setting luar ya mas. Dikit banget yg pake setting indo.Moga2 ntar sy bisa bikin cerita dgn setting banjarmasin :d

Leave a reply to ayanapunya Cancel reply